-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Derita pedagang dikapal dan pelabuhan Bakauheni selama Pandemi

Selasa, 20 Juli 2021 | Selasa, Juli 20, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-07-25T10:33:52Z
 
Puluhan pengelola kantin di pelabuhan maupun didalam kapal feri lintasan Merak- Bakauheni mengalami kesulitan keuangan selama pandemi dan bertambah sekarat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, setelah adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dilaksanakan sejak 5 Juli 2021 lalu..

Sebagian besar terpaksa mengurangi tenaga pembantu kantin, bahkan tak jarang mereka menutup usahanya lantaran sepi penumpang yang jajan.

"Kadang tutup kadang buka, karena penghasilan dikantin tidak bisa diandalkan lagi. Sekarang sepi banget, baik penumpang maupun yang jajan. Bahkan beberapa hari tidak ada pemasukan, sementara biaya sewa lumayan mahal," kata salah satu pemilik kantin di KMP Mutiara Persada saat ditemui lampost.co, Selasa (20/7/2021). 

Selain kantin dikapal, pendapatan warung makan miliknya yang berada di area parkir kendaraan dermaga III Pelabuhan Bakauhenipun anjlok. 

Warga Dusun Kenyayan desa Bakauheni, kecamatan Bakauheni ini, terus mengalami himpitan ekonomi selama pandemi.

Sementara dua tempat usahanya yang selama ini menjadi tumpuan keluarga seolah sekarat dihantam pandemi Covid-19. Bahkan utang toko langganannya kian menumpuk.

"Untuk ngisi kantin aja masih ngutang ama toko. Ditambah lagi utang ke warung sembako," kata Irawan menjelaskan. 

Untuk menyambung hidup, kata dia, harus bekerja serabutan, mulai dari menjadi kuli panggul, petugas parkir hingga jualan musiman. Sementara istri menjadi buruh cuci. 

"Meskipun serba sulit, kami punya tanggung jawab untuk membesarkan kedua buah hati kami," tuturnya.

Hal senada juga disampaikan Turijo (40), pemilik rumah makan Padang di dermaga I Pelabuhan Bakauheni. Pada masa pandemi ini sebagian besar pedagang yang mencari sesuap nasi di pelabuhan dan diatas kapal menjerit. Tanpa penghasilan, sementara kebutuhan hidup keluarga harus tetap berjalan.

"Semua pada ngeluh. Bukan uang malah capek doang cari nafkah di pelabuhan, makanya sekarang jarang buka. Sudah tiga bulan ini saya coba coba jualan sayuran di pasar Bakauheni," ucapnya.

Walau sudah tidak bisa diandalkan, namun Turijo masih tetap bertahan berlualan di pelabuhan.  

"Saya berharap pandemi segera berlalu dan kondisi perekonomian membaik. Sehingga usaha saya rame lagi seperti dulu. Dimana sebelum pandemi warung ini bisa menghasilkan Rp 2juta- 3juta per hari," ujarnya mengenang masa sebelum pandemi.
×
Berita Terbaru Update