MURSYID (guru) tarekat al-Qodiriyah wan-Naqshabandiyah, K.H. Jamaluddin al-Bustomi, menghadap Illahi. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatush Sholihin Kampung Purwosari, Padangratu, Lampung Tengah, itu mengembuskan napas terakhir di RSUDAM Bandar Lampung, Sabtu (7/6), pukul 18.30.
Ribuan alumnus lembaga pendidikan formal maupun nonformal dari lembaga yang diasuh, para badal (wakil) dan murid tarekatnya, sejak saat itu terus berdatangan ke rumah duka. Dipimpin para ulama dan kiai, mereka silih berganti menyalati jasad putra K.H. Nur Muhammad Abdurrohim Bustamil Karim, salah seorang waliullah tanah Jawa itu. Sejumlah pejabat Pemprov, Pemkab, maupun Pemkot juga terus berdatangan untuk berdoa dan mengucapkan belasungkawa.
Karangan bunga juga terus mengalir, di antaranya datang dari mustasyar PBNU yang juga calon wapres Jusuf Kalla, DPP PKB Muhaimin Iskandar, PP GP Ansor Nusron Wahid, PWNU Lampung K.H. Soleh Bajuri, PW GP Ansor Khidir Ibrahim, bupati dan wakil bupati Tanggamus, bupati Pringsewu, wali kota Bandar Lampung, dan kelompok pengajian Rahmat Hidayat.
Ajal menjemput mantan Rois Syuriah dan Ketua Dewan Syuro DPW PKB Lampung era Gus Dur, itu setelah sebelumnya dirawat di RS Wisma Rini, Pringsewu, Tanggamus, 14?16 Mei lalu. Karena tak kunjung membaik, KH. Sujadi Saddad, bupati setempat, merujuknya ke RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung dan dirawat hingga 25 Mei.
Karena kesehatannya membaik, dokter membolehkannya pulang dan bekumpul dengan keluarga maupun para santri di pondok pesantren peninggalan orang tuanya. Namun, itu hanya berlangsung semalam. Keluarga dan kerabat segera membawanya kembali ke RS Wisma Rini karena kesehatannya menurun. Perawatan berlangsung dari 26 - 28 Mei.
Karena kondisinya tidak membaik, keluarga merujuk untuk dirawat di RS Advent Bandar Lampung dan dirawat cukup intensif hingga 3 Juni. Namun, meskipun belum pulih, mantan ketua Jamiyah Ahlith Thariqah al-Muktabarah al-Nahdliyah (Asosiasi Tarekat di lingkungan NU) ingin dirawat di sekretariat organisasi itu di rumah K.H. Tahrir di bilangan Kemiling, Bandar Lampung.
Kesehatan bapak dari 800 santri dan 1.200 siswa ini menurun sejak sekitar 2010. Tokoh NU Lampung itu divonis menderita asma akut sehingga harus berhenti merokok. Meskipun kebiasaan lama dihentikan, penyakitnya bertambah dengan munculnya komplikasi paru-paru dan pengapuran tulang.
Tiga tahun sebelum meninggal, Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah ini, sempat aktif di dunia Bahtsul Masail, beliau di da'wah menjadi penasehat sekaligus sesepuh Lembaga Bahtsul Masail Nahdlotul Ulama Propinsi Lampung, beliau aktif mengawal anak-anak mudah yang getol mengurusi lembaga ini, sehingga di kabupaten manapun acara bahtsul masail digelar, beliau selalu hadir membimbing dan menjadi dewan mushohhih.
Almarhum meninggalkan dua adik, K.H. Miftahuddin Al-Bustomi dan Ny. Siti. Selain itu juga meninggalkan 9 anak (5 lelaki dan 4 perempuan) dari istri pertama, Ny. Hj. Siti Alifah, dan 4 anak dari istri kedua, Ny. Hj. Lasminah, yakni Khalilah?Khalisah (kembar), Ahmad Mashdi, dan Nashirul Aqsa.