Lailatul ijtima merupakan agenda penting bagi para nahdliyin khususnya bagi pengurus NU. Kegiatan ini di anggap mampu memperkuat tali silaturahim dan juga memperluas wawasan pengetahuan serta keimanan warga nahdliyyin.
Malam ini jum'at 03 maret 2017, MWC-NU Tegineneng bersama dengan lembaga ta'lif wan nasyr NU Kab. Pesawaran menggelar lailatul ijtima' di desa Margorejo tepatnya di masjid Qomarul Hidayah
Malam ini jum'at 03 maret 2017, MWC-NU Tegineneng bersama dengan lembaga ta'lif wan nasyr NU Kab. Pesawaran menggelar lailatul ijtima' di desa Margorejo tepatnya di masjid Qomarul Hidayah
Dalam kegiatan rutinan malam ini, di hadiri oleh Kepala Desa Margorejo, Kapolsek Tegineneng, para pengurus MWCNU Tegineneng juga oleh Ketua PCNU Pesawaran.
Ust. Salamus Sholichin, Ketua PCNU Pesawaran, dalam sambutannya mengharap seluruh jajaran kepengurusan NU bisa ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
"Semua warga NU itu menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan dengan lailatul ijtima ini kita dapat raih itu".
Pembicara pada lailatul ijtima' malam ini adalah Ust. Agus Mahfudz (Pengasuh PonPes. AlHidayat Gerning juga Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Nahdlotul Ulama Propinsi Lampung)
Dalam kesempatan tersebut, Ust. Agus Mahfudz mengusung tema Keutamaan Ilmu dan Orang Alim, "Belajar ilmu satu bab, baik diamalkan atau tidak itu lebih baik daripada sholat sunnah 1000 rakaat". Tegasnya, mengutip hadits dalam kitab karangan ulama NUsantara yaitu Tanqihul Qaul.
"Seorang alim fiqih (orang yang mengerti ilmu syari'at) yang wira'i (Orang yang menjaga diri dari perkara-perkara haram) itu lebih berat bagi setan daripada 1000 ahli ibadah yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, bodoh dan wira'i". Imbuhnya.
Demikian itu, karena setiap kali setan telah membuka pintu hawa nafsu manusia dan menghiasi syahwat dalam hati mereka, maka ahli fiqih yang arif akan menjelaskan mereka tentang itu, sehingga pintu tipudaya itu menutup kembali, akhirnya setan kecewa. Berbeda dengan orang bodoh, terkadang dia sibuk dengan ibadah, padahal tidak ia mengerti, ia sedang dalam jeratan setan.
Ust. Mahfudz juga menjelaskan bahwa, "Dalam riwayat harits bin Abi Usamah dari Abi Said alKhuzhri dari Nabi SAW, “ke-Utamaan orang Alim atas orang yang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas umat-umatku. Sedangkan dalam riwayat Tirmidzi dari Abi Umamah disebutkan, "keutamaan orang Alim atas orang yang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang terrendah dari kalian semua ."
Maksudnya keutamaan orang alim atas orang yang ahli ibadah itu seperti keutamaan nabi Muhammad SAW atas adnaa syarofis shohabah “sahabat yang paling rendah kemulyaannya”.
Imam Al-Ghazali berkata, "Perhatikanlah…! Bagaimana nabi SAW mensejajarkan ilmu dengan derajat kenabian?, dan bagaimana nabi SAW merendahkan derajat amal (ibadah) yang tidak di sertai dengan ilmu?. (Jika seandainya dikatakan), tidak mungkin orang yang ahli ibadah tidak tahu dengan ibadah-ibadah yang biasa ia lakukan?. Maka jawabannya, Seandainya tidak ada orang berilmu tidak mungkin ada ibadah. Karena jelas tidak mungkin kita bisa beribadah kalau tidak belajar dari orang alim.
Semoga Allah selalu memberi kita keistiqomahan untuk menghadiri majelis ilmu seperti ini. Semoga bermanfaat. Wassalam. (Amri)