-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Rosiana Silalahi Pertanyakan Sikap Gus Yahya Terhadap Feminisme, Ini Jawaban

Kamis, 02 Februari 2023 | Kamis, Februari 02, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-02-04T10:54:53Z

Rosiana Silalahi Pertanyakan Sikap Gus Yahya Terhadap Feminisme, Coffee Bareng Gus Yahya di gedung PBNU Jakarta bersama Forum Wartawan Nasional dan Wartawan Asing.Selasa (2/1/2023)


Jakarta, Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi baru-baru ini mempersoalkan isu yang  cukup kontroversial, yakni pernyataan Ketua  Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat mengimbau kader perempuan NU tidak mengikuti feminisme. 


“Itu membuat saya ragu untuk bergabung dengan Fatayat, Gus. Karena begitu masuk Fatayat, saya langsung mengatakan, 'Selamat datang di feminisme.' )?" kata Rosi, panggilan akrabnya. Hal itu disampaikannya pada Selasa (2/1/2023) dalam acara Coffee Bareng Gus Yahya di gedung PBNU Jakarta bersama Forum Wartawan Nasional dan Wartawan Asing. 


Namun, menurut Ros, kebijakan atau kebijakan Gus Yahya itu progresif, tapi kenapa pernyataannya terkesan mundur. Ia merasa kehadiran tokoh perempuan dalam struktur PBNU, serta acara Perempuan NU, merupakan ruang partisipasi perempuan untuk berbicara tentang agama yang diberikan secara optimal.


“Benarkah, katanya, ini soal mencari keseimbangan internal? Karena mungkin secara internal gerakan Gus Yahya dianggap terlalu progresif, sama seperti Paus yang menerima kaum LGBT ke dalam Gereja Katolik juga mendapat tekanan yang cukup besar dari para kardinal? Yahya, tolong." Rosie memutuskan. 


Menjawab pertanyaan tentang feminisme, ditekankan pentingnya niat, perspektif dan visi sebagai landasan kiai asal Rembang, Jawa Tengah. “Saya bilang jangan pilih feminisme karena itu isme. Sebuah isme yang pada dasarnya tumbuh di luar lingkungan tradisi Islam. Makanya saya bilang ke teman-teman: kita muslim, NU itu Islam, kita harus kembali ke motivasi Islam dulu," jelas Gus Yahya.


“Kalau kita berpikir tentang perempuan, mari kita berpikir dari perspektif Islam. Yang kita lakukan adalah niat Islam, pemahaman Islam, wacana Islam. Karena jika kita mengikuti feminisme sebagai sebuah isme, itu bisa kemana-mana, Ros ." dia menambahkan. 



Kiai kelahiran 16 Februari 1966 itu kemudian mencontohkan sebuah kasus. Beberapa waktu lalu, saat pemain timnas Maroko Achraf Hakim merayakan kemenangan bersama ibunya, feminis Belanda mengkritiknya dengan menulis: "Jangan memuji ibu, karena perempuan tidak boleh hanya menjadi ibu."

Menurut Gus Yahya, dalam tradisi Islam dan Nahdlatul Ulama, perempuan  adalah ibu pertama dan utama. Karena itulah partainya bersama Perempuan NU memulai tradisi gerakan perempuan yang mengutamakan perempuan sebagai ibu.


Jika dipikir-pikir perjuangan untuk berpartisipasi dalam peradaban yang lebih baik, lanjut Gus Yahya, tentu melibatkan perubahan mendasar, hingga perubahan persepsi masyarakat, perubahan cara berpikir dan pola pikir. Tidak bisa kecuali wanita. 


"Saya tadi malam mengatakan karena perempuan adalah ibu dan ibu adalah Madrasah pertama bagi anak-anaknya. Bagaimana peran perempuan di ruang publik? Ini soal kapasitas," ujarnya di hadapan 35 media nasional. wartawan dan 19 koresponden media asing.
×
Berita Terbaru Update