-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Hari Transmigrasi Nasional (HTN), Suatu Keniscayaan

Minggu, 06 November 2022 | Minggu, November 06, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-12-25T12:03:05Z
Transmigrasi dari Blitar ke Lampung di masa Hindia Belanda para Transmigran baru saja tiba di Kalianda pada Tahun 1930.

Oleh : Ir. H. Sunu Pramono Budi, MM (Ketua Umum DPP PATRI) 

Bulan November 1905 awal Kolonisasi. Saat itu 155 KK (815 jiwa) dari Kedu diberangkatkan ke Lampung. Setelah Indonesia Merdeka, tanggal 12 Desember 1950, diberangkatkan 23 KK (77 jiwa) dari Jawa Tengah ke Lampung. Tempatnya di Gedong Tataan, Lampung. 

Untuk memperingati peristiwa perpindahan penduduk setelah kemerdekaan itu, maka setiap tanggal 12 Desember diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi (HBT). Hal itu dituangkan dalam Keputusan Menteri Transmigrasi No. KEP. 264/MEN/1984 tanggal 23 Nopember 1984, tentang Hari Bhakti Transmigrasi. Tetapi saat ini hanya sedikit masyarakat kita yang paham transmigrasi. 

Karena itu saat MUNAS 2004, PATRI mendorong dan mengusulkan agar Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) yang terkesan lingkup Kalibata, menjadi Hari Transmigrasi Nasional (HTN). Jika HBT berdasarkan KEPMEN, maka HTN berdasarkan KEPPRES. Sehingga Transmigrasi menjadi milik Nasional. Karena faktanya Transmigrasi juga punya jejak kontribusi besar dalam pembangunan nasional.

Kita tahu, di negeri kita ini banyak peringatan berskala Nasional. Bahkan ada yang tingkat internasional. Ada hari buruh, tani, guru, santri, batik, konsumen, ikan, olah raga, keluarga, air, dan macam-macam. Tetapi hari Transmigrasi Nasional belum/tidak ada. Kalau harapan warga PATRI me-Nasionalisasi-kan Transmigrasi ini belum terwujud, tidak masalah. Karena memang pada umumnya para Transmigran sejak 1905 dan 1950 sudah terbiasa bekerja dalam senyap.

Maka, bagi keluarga besar anak keturunan Transmigran, saya mengimbau. Marilah kita mengenang, memperingati, dan melestarikan kisah perjuangan nenek moyang kita sendiri, Transmigran. Caranya, dengan menjadikan bulan November-Desember sebagai hari perenungan kita. Kita perlu jelaskan berulang-ulang. Transmigrasi bukanlah sekedar "proyek" perpindahan penduduk. Tetapi suatu Gerakan Nasional Perekat Bangsa. Dengan misi suci  untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Adapun beberapa aktivitas yang bisa dilakukan, misalnya. Anggota PATRI yang berprofesi pengajar (guru dan dosen), bisa mengisi kelas yang kosong dengan sejarah transmigrasi. Lebih bagus lagi anggota yang punya lembaga pendidikan seperti PATRI Center, Kampung Inggris Transmigrasi, PAUD, TK, SD, dan SMP PATRI. 

Secara khusus diadakan kuliah umum (studium generale) tentang ketransmigrasian. DPP PATRI sudah pernah membuat modulnya. Bahannya bisa diunduh di internet. Bagi anggota yang tinggalnya dekat Museum Nasional Transmigrasi (Pesawaran, Lampung), bisa berkunjung ke Museum. Sambil dijelaskan kronologi perjuangan pendahulu kita.

Bagi yang berprofesi legislatif, banyak cara. Bisa menganggarkan peringatan hari Transmigrasi sebagai kegiatan di daerahnya. Kunjungan ke lokasi eks kimtrans, perlombaan untuk pemuda, dan lainnya. Pasang umbul-umbul, untuk mengingatkan kembali tentang Gerakan Nasional Transmigrasi. Sambil konsolidasi organisasi.

Demikian pula mereka yang berprofesi di bidang pertanahan, NGO, dan penegak hukum. Bisa menyisihkan waktu, mencermati kasus lahan trans yang belum tuntas. Mendata dan mengirimkan ke DPP atau K/L terkait. Inilah wujud konkrit menghargai para leluhur pejuang kita.

Mereka yang menjadi Lurah, Kades, Penghulu, Keucik, Walinagari, bisa pasang spanduk di jalan desa. Agar anak-anak tahu, dulu kampungnya adalah permukiman Transmigrasi. Terutama di sekitar IKN Nusantara (Spaku, KALTIM).

Demikian pula bagi anggota yang berprofesi sebagai pengusaha, jurnalis, para medis, tokoh agama/ulama, pimpinan daerah, birokrat, TNI/POLRI, pelajar, dan lainnya. Bisa menyempatkan diri selama bulan November-Desember menjadikannya sebagai "Harinya Kita". Kita suarakan, tunjukkan keteladanan dan prestasi kita. Kita kuatkan sinergi dan silaturahim antar anak bangsa di negeri ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Bung Karno pernah mengatakan. DJAS MERAH,  djangan sekali-kali meloepaken sedjarah.!!

Presiden penerusnya, Pak Harto, dikesempatan lain menyatakan. LANDJOETKEN..!!!

Kita sebagai warga PATRI konsisten menjalankan pesan itu. Karena hakikatnya PATRI adalah Rumah Perekat Bangsa.

×
Berita Terbaru Update