“Kehadiran Lombok FC bukan hanya akan membawa kemajuan buat persepakbolaan NTB, tapi juga perputaran roda ekonomi, seiring dengan kiprah Lombok FC, bila mampu ambil bagian dalam industri sepak bola Nasional.”
Sejak pertama kali dirilis, Lombok Football Club (Lombok FC) memang mematok target yang tinggi, menjadi klub modern dan profesional, yang diharapkan dapat mewakili NTB di level Nasional.
Sebagai daerah yang punya potensi atau stok pemain muda berbakat, hambar rasanya kalau kemudian, NTB tidak memiliki klub sepak bola yang membanggakan.
Itulah yang kemudian turut menjadi alasan kuat, kenapa Rannya Agustyra Kristiono, putri pak HBK, pemilik dan juru bicara klub, untuk mendirikan Lombok FC.
Selain klub sepakbola, Rannya juga berniat membangun sarana-sarana pendukung lainnya seperti Studio, Akademi dan home stay, Merchendise store, Caffe yang bisa membantu membuka lapangan kerja buat masyarakat.
Sebuah obsesi yang wajar, mengingat selain menjadi gudang pemain berbakat, DNA orang NTB bahkan terbukti telah ada di level sepakbola Nasional, bahkan dunia. Soal ini, terlalu panjang daftar para pemain berdarah NTB kelas Nasional, jika ingin disebutkan satu per-satu disini.
NTB bisa jadi adalah satu-satunya daerah, atau Provinsi di Indonesia, yang diaspora atau keturunannya menjadi pemain sepak bola paling banyak tersebar di berbagai klub di tanah air hingga Eropa. Tapi masih menjadi sesuatu yang ironis, bila menyaksikan posisi NTB dalam peta persepakbolaan nasional sekarang.
Dari pelosok-pelosok, dari desa-desa, dan dari kampung-kampung di setiap Kabupaten/Kota yang ada di NTB, tak habis-habisnya melahirkan pesepakbola handal. Memang sesuatu yang unik, karena rata-rata tim sepakbola di NTB lebih berbasis kepada sepakbola-sepakbola kampung, atau yang lebih dikenal Tarkam-tarkam.
NTB juga punya modal fanatisme dan antusiasme penonton atau suporter yang sangat tinggi.
Di Lombok FC, grup supporter ini dikenal dengan nama Barisan Batur Lombok (BABALO). Dalam beberapa pertandingan Lombok FC di Stadion Mataram, ratusan Babalo ini selalu hadir, meski Lombok FC banyak dipersepsikan sebagai klub yang baru lahir atau masih bayi.
Realitas ini menggambarkan kalau NTB memiliki dua hal utama dan penting dalam tradisi sepak bolanya.
Pertama, potensi pemain-pemain berbakatnya, itu ditunjukan dengan banyaknya pemain asal NTB yang tersebar di banyak klub. Kedua, dukungan publik dan fanatisme suporter sepakbolanya yang kuat dan beragam.
Namun semua potensi yang dimiliki NTB ini, faktanya, tak berbanding lurus dengan kemauan yang kuat dari tokoh-tokoh, elit-elit, serta para stakeholder sepakbola NTB. Ukurannya sangat sederhana, yaitu hingga kini, belum ada stadion atau lapangan sepakbola yang representatif dan membanggakan bagi para pelaku dan para pecinta sepakbola NTB.
Harus jujur diakui, sepakbola belum ada dalam orientasi pembangunan, prioritas program, karena belum dilihat sebagai potensi yang besar.
Stadion Mataram misalnya, kondisinya masih jauh dari memadai. Dalam sejumlah pertandingan yang diadakan, terlihat bola kerap salah memantul ke kaki, arahnya tidak akurat, akibat rumput dan permukaan lapangan yang tidak rata, bergelombang, dan beresiko timbulnya cedera pada pemain.
Belum lagi ruang ganti pemain yang kondisinya sudah tidak layak, serta lingkungan stadion yang suka tidak suka, harus diakui kondisinya tak terurus, dan ini menjadi parameter bahwa sepakbola NTB belum menjadi prioritas, hingga tak maju-maju.
Padahal, kata Rannya dalam perbincangannya dengan penulis, kalau mau dilihat dengan lebih jernih, sepakbola NTB sejatinya bukan hanya urusan olahraga semata-mata, tapi juga dapat berkontribusi pada makin kuatnya ikatan sosial, ikatan emosional, dan ikatan bathin yang dapat membawa angin segar bagi terbangunnya perdamaian dan kesejukan di NTB.
Sepakbola sesungguhnya, kembali menurut Rannya, bisa menjadi modal sosial yang kokoh dan bisa menguatkan.
Bertemu dan berbincang hangat dengan Rannya di rumahnya yang asri di daerah Senggigi, Kab. Lombok Barat, sungguh menyenangkan. Orangnya sangat terbuka dan enak diajak diskusi, banyak mewarisi sifat dan karakter ayahnya, pak HBK.
Rannya mengatakan, kedepan bila LFC bisa bermain di Liga II atau Liga I Nasional, pasti akan menjadi klub kebanggaan dan kecintaan masyarakat NTB.
Sekarang ini, Lombok FC tengah melakukan perekrutan dan seleksi pemain dari seluruh wilayah NTB, baik Lombok maupun Sumbawa untuk persiapan menghadapi pertandingan Liga III NTB, yang akan digelar pada bulan Agustus 2022.
Sampai dengan hari pendaftaran ditutup, lebih dari tujuh ratus pesepakbola NTB yang ikut mendaftar dan melakukan seleksi di Lombok FC.
Tentu saja supporter Lombok FC yang berasal dari berbagai daerah, berbagai etnis, akan berbondong-bondong ke stadion tempat pertandingan Lombok FC, menyatu dalam harmoni dan emosi yang sama, manakala kelak Lombok FC turun bertanding.
Apalagi bila kemudian, Lombok FC berhasil memenangkan pertandingan, melanjutkan kiprahnya ke Liga III Nasional, dan berhasil masuk 8 besar Liga II, diprediksi bakal ada pawai atau arak-arakan yang panjang, dan euforia bersama di NTB. Seperti yang dapat kita saksikan kala tim-tim Liga Nasional berhasil menggondol trofi juara.
Multiflyer effectnya bagi masyarakat NTB, tentu saja bukan hanya sepakbola yang akan maju, tapi perputaran ekonomipun akan tercipta semakin baik, seiring dengan klub sepakbola NTB yang dapat ikut ambil bagian untuk tampil di level nasional.
Kita harus sama-sama memberikan dorongan kepada Lombok FC dengan mengizinkan pemain-pemain terbaik NTB bergabung di skuadnya. Dukungan penuh masyarakat NTB kepada Lombok FC, akan memberikan kegairahan kepada klub ini untuk tampil menjadi salah satu pelaku industri sepakbola tanah air.
Lebih penting lagi dari semua itu, sebagai daerah yang pernah berkonflik, menyatunya dukungan suporter dari berbagai kalangan di NTB, akan memperkuat kohesi sosial dan persatuan anak negeri. Sungguh sepakbola sangat bisa menjadi alat pemersatu.
Semua ini sejatinya dapat menjadi modal sosial dan momentum penting yang dapat menyadarkan kita semua, bahwa NTB punya potensi sepakbola yang sangat besar, dan sudah saatnya dikelola dengan benar.
Hal yang telah ditunjukkan Lombok FC, dimana segera setelah gelaran Liga III NTB selesai dilaksanakan, kemudian Lombok FC bangkit berbenah dengan merekrut, menyeleksi, dan memusat-latihankan (TC) pemain-pemainnya.
Rannya menyampaikan bahwa TC atau pemusatan latihan akan berlangsung selama enam bulan, dan semua pemain diasramakan.
Yang akan bertindak sebagai pelatih kepala Lombok FC kedepan adalah Coach Jessy Mustamu, pelatih bersertifikat A AFC, yang juga pernah menjadi pemain nasional.
Saat ini Lombok FC, diusianya yang masih sangat muda, telah menjadi sebuah asa atau harapan baru. Tentu ini adalah langkah awal, dari jalan yang masih panjang, yang harus diperjuangkan klub. Dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sangat dibutuhkan.
Kedepan, jika asa Lombok FC ini bisa terus terjaga secara profesional, bukan tak mungkin klub ini akan terus melaju, berkembang pesat, dan menjadi kebanggaan serta kecintaan masyarakat NTB yang berhasil berkiprah di tingkat Nasional. Dan bukan tak mungkin pula, karena itu, nantinya satu stadion bertaraf internasional bisa dibangun di NTB sebagai home base tim-tim profesional seperti Lombok FC.
Melihat visi, spirit, dan kekuatan niat Rannya, anak perempuan millenial yang lama tinggal di negri sepakbola, banyak bergaul dan berinteraksi dengan para pemain sepakbola negara maju, untuk menjadikan Lombok FC menjadi klub sepakbola modern dan profesional, harusnya bisa.
Artinya NTB juga bisa !.
Mataram, 18 Januari 2022.