-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

KH Noer Muhammad Iskandar, Anak Kiai yang Enggan Disapa Gus

Senin, 13 Desember 2021 | Senin, Desember 13, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-13T15:27:21Z


Dalam tradisi pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), seorang putra kiai biasa dipanggil dengan sapaan ‘gus’. Sapaan ini lebih lumrah khususnya di pesantren wilayah Jawa Timur. Di daerah lain, bisa beda istilah. Seperti di Sunda dengan istilah ‘ajengan’ atau di Madura dengan istilah ‘lora’. 


Bagi putra kiai, istilah di atas menjadi semacam sapaan takzim atau penghormatan. Jika sapaan tersebut berlaku dan diterima dengan wajar bagi umumnya seorang putra kiai, tidak demikian dengan KH Noer Muhammad Iskandar (Kiai Noer). Kiai asal Banyuwangi, Jawa Timur ini enggan untuk disapa ‘gus’ sejak kecil. 


KH Askandar (ayah Kiai Noer) memang sengaja memberlakukan aturan ini di keluarganya, kendati Kiai Askandar sendiri merupakan salah satu tokoh ulama yang cukup dihormati banyak masyarakat sekaligus memiliki banyak santri. Sengaja Kiai Askandar melarang putra-putranya disapa ‘gus’ karena sebagai tindakan preventif. 


Ia tidak ingin anak-anaknya menikmati sapaan kehormatan itu dan terjebak dalam tradisi ‘fodalisme pesantren’. Selain itu, kiai juga khawatir putra-putranya ‘berbangga diri’ karena mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai putra kiai terhormat. Pendek kata, Kiai Askandar tidak ingin putra-putranya mengandalkan nasab sebagai sehingga menyebabkan tidak maksimal dalam menuntut ilmu. 


Dalam banyak hal, Kiai Askandar juga tidak membeda-bedakan putranya dengan kebanyakan santri pada umumnya. Seperti dalam proses belajar di pesantren, Kiai Noer memperoleh kebijakan yang sama seperti santri-santri yang lain; mendapat jadwal piket membersihkan halaman pesantren, tidur di masjid dengan alas seadanya, dan mendapat hukuman jika melanggar peraturan pesantren. Bahkan dalam soal hukuman, Kiai Noer mendapat sikap lebih tegas dari sang ayah dibanding santri-santri yang lain. 


Salah satu bentuk hukuman yang diterima Kiai Noer ketika melanggar peraturan adalah dipukul telapak tangannya atau bagian belakang tubuh. Kendati demikian, pukulan itu tidak sampai mencederai atau menyasar ke bagian-bagian rawan seperti kepala dan dan telinga.

Sumber: https://nu.or.id/tokoh/kh-noer-muhammad-iskandar-anak-kiai-yang-enggan-disapa-gus-JZPcy
×
Berita Terbaru Update