Secuil Kisah Annissa
Serabut akar Teki yang kupegang kini kuamati. Dalam kehikmatan aku mulai berpikir, bisakah aku menancap pada tanah sekuat ini?
Sesaat kumelamun, tiba-tiba ada yang menyentuh pundakku.
Ia bertanya, "Sedang apa, Nis?"
Aku terkaget mendengar suara yang tak familiar itu hingga aku berjengkit. Suara ini adalah suara sahabatku, Abigail Ahmad Idris. Kupanggil ia Bigail.
"