PMII UNTAG45 BANYUWANGI- Konotasi makna tentang kewajiban dan tanggung jawab sebagai perempuan di era kontemporer ini. Menjadikan hambatan perempuan dalam bergerak, berpikir, dan memperoleh hak-hak nya sebagai manusia.
Konstelasi sosial yang dibangun oleh kids jaman now memberikan dampak positif dan negatif terhadap perempuan akan peran dan partisipasinya sebagai warga negara Indonesia.
Globalisasi membuat terlena akan indahnya bunga mawar namun mati karena tertancap duri. Begitu kira kira penulis menggambarkan konstruksi sosial kontemporer.
Kutipan kata "Perempuan itu tiang negeri, manakala baik perempuan, baiklah negeri. Manakala rusak perempuan rusaklah negeri." Menggambarkan pentingnya partisipasi dan kontribusi perempuan.
Feminisme sebagai gerakan sosisal mengajarkan bahwa perempuan harus diakui keberadaannya sebagai manusia yang dapat berpikir. Tanpa hanya di bebankan tanggung jawab reproduksi sosial. Kenapa? Feminisme sendiri lahir sebagai responsif kalangan perempuan dalam melucuti ego patriarki.
Dalam buku the second sex karangan Simone dengan judul de Beavoir. Menjelaskan perempuan sebagai manusia kelas dua dalam struktur masyarakat yang telah ada hari ini. Perempuan tidak pernah di anggap sebagai manusia seutuhnya dalam kehidupan. Segala sesuatu aspek kehidupan mulai dari berpakaian, bertutur, dan bersikap telah di atur sepenuhnya.
Ketika agama menjadi sebuah sistem holistis yang mengatur seluruh kehidupan manusia khususnya perempuan, posisi perempuan menjadi dipertanyakan lagi.
Perempuan dalam ranah agama adalah contoh paling menonjol akan ketidakadilan sosial. Bukti nyata pemosisian perempuan sebagai manusia kelas dua pada hari ini mulai dari definisi hijab yang berarti selembar kain pemisah. Dan hijab bisa kita temukan dan melekat pada tubuh perempuan.
Pakaian termasuk hijab adalah pemisah yang sebenarnya. Pakaian berfungsi untuk melindungi tubuh dan penanda sekaligus memisahkan peran gender.
Permasalahannya adalah selain sebagai pakaian, hijab juga menjadi pemisah interaksi gender berdasakan islam.
Perempuan yang terpaksa mengenakannya akan mengalami beban tersendiri ketika dikategorikan perempuan baik adalah perempuan yang memakai hijab.
Dalam aliran feminisme eksistensialis memunculkan suatu pemahaman bahwa perempuan bukan hanya menjadi urusan biologis saja namun juga sosialis.
Disini penulis mengartikan bahwa gender dan seksualitas adalah dua kata yang berbeda makna.
Sama seperti hijab yang harus di artikan baik dalam konteks fungsi sosial nya maupun hukum agama. Didalam buku Membicarakan Feminis oleh Nadya Karima Melati dikatakan bahwa hijab adalah norma yang menjadi dogma. Karena dikatakan Sayyidah Sukayna bin Husayn bin Ali juga menolak menggunakan hijab.
Searah dengan yang dikatakan Davies bahwa rasa malu juga dapat menjadi kontrol sosial paling ampuh. Artinya perasaan malu dapat diciptakan dari kontruksi sosial. Dan itu bisa timbul karena adanya contoh anggapan inferioritas pada perempuan tidak berhijab.
Bukan bermaksud mempermasalahkan perkara hijab namun, para puan harus mengerti akan gender. Feminisme tidak mengajarkan untuk kebarat baratan. Karena feminisme di Indonesia biasa kita kenal dengan kata emansipasi.
Para puan perlu untuk membaca soal gender, feminis, dan sex. Perempuan perlu menempatkan posisinya pada post post penting dalam kehidupan. Penindasan terhadap perempuan atau ketimpangan gender dapat terjadi bukan hanya karena dominasi lelaki dan holistisme dogma agama saja.
Namun percuma mengkritik dominasi laki laki dan dogmatisme agama apabila perempuan tidak bergerak sebagai subjek. Maka feminisme sebagai ilmu pengetahuan juga berperan sebagai refleksi mengapa perempuan menjadi perempuan melalui kesadaran dan ketidaksadaran (aliran feminisme psikeanalis).
Melihat sejarah kebelakang bagaimana di jaman Rasulullah peran perempuan cukup tinggi. Bagaimana Siti khadijah yang menemani Rasulullah di dalam perjuangan-Nya dan mengamalkan hartanya untuk perjuangan dakwah, kemudian Siti Aisyah sebagai intelektual perowi hadis, juga Robi'ah Al Adawiyah dalam khasanah kecintaan (mahabbah) kepada Allah melahirkan jalan baru kasufian. Artinya periode kebesaran islam peran perempuan dalam pemikiran intelektualnya memiliki peran penting.
Penulis A