-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Ramadhan Perspektif Sosial Budaya

Minggu, 11 Juni 2017 | Minggu, Juni 11, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2021-09-29T12:03:00Z
Ramadhan adalah bagian dari kehidupan insan muslim untuk memperbaiki diri. Momentum tahunan ini menjadi cukup sakral. Interaksi masyarakat seperti dihadirkan pada nuansa tahunan yang menggairahkan. Pasar-pasar semakin diramaikan oleh para pedagang dan pembeli, tentunya lebih cepat perputaran ekonomi dibandingkan hari biasa. Hampir semua sektor mengalami perubahan peningkatan, dari Ibadah, social interaction, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
Bagi kalangan pemuda dari kalangan mahasiswa ataupun bukan, banyak agenda-agenda yang dimanfaatkan dari bulan ramadhan, seperti buka bersama, kegiatan keislaman bagi organisasi muslim. Semarak ramadhan dan syiar islam benar-benar terasa walaupun formal seremonial.
Umat muslim nusantara dan sekitarnya serasa benar-benar mendapat manfaat bulan ramadhan. Momen tahunan ini dirasa penting untuk memperbaiki segala aspek kehidupan. Walaupun masih banyak yang belum sepenuhnya sadar terhadap nilai-nilai luhur bulan ini.
Mengutip dari Kitab Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, Membagi tingkatan bagi orang yang berpuasa. Ada tiga tingkatan praktek berpuasa seseorang.  Pertama Puasa Am, yakni puasa yang dikerjakan sebatas menjada diri untuk tidak makan, minum, dan seks.
Kedua, Puasa khash, yakni puasa yang dikerjakan selain menahan makan, minum dan seks, ia juga menjaga pandangan, pendengaran, dan ucapan.  Ketiga,  Puasa khawash , yakni selain menjaga dari hal pertama dan  kedua, ia juga menjaga hati dan batin dari hal-hal yang rendah, yakni mnjaga dari pragmatis materialistik.
Seyogyanya manfaat puasa tidak akan berdampak panjang bilamana level ibadah puasanya hanya pada tingkatan puasa am. Dalam interaksi masyarakat, dampak ramadhan yang seperti ini berakhir pada hari raya idul fitri. Sabda Rasulullah"Betapa banyak orang yang berpuasa, yang diperolehnya dari puasa itu hanya lapar dan dahaga saja.” (HR. Thabrani dan Ibn Khuzaimah).
Dalam momentum ramadhan, banyak kegiatan-kegiatan ramadhan yang menyesuaikan dengan kondisi sosial keindonesiaan.  Kondisi ini dibangun atas dasar sejarah islam yang hadir ke nusantara melalui pendekatan budaya.
Siebert dan Turner, menawarkan beberapa kajian di bagian budaya. Pengertian lebih luas adalah sebuah sistem yang mencukup jumlah teori yang tidak terbatas dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan dengan cara bahwa perubahan  mengharuskan menyesuaikan kembali secara sistematis dari semua subsistem lain sehungga keseimbangan dari sistem itu dipertahankan.(Turner,1984)
Kagiatan di Indonesia pada bulan ramadhan, cenderung unik dan tak dimiliki oleh negara-negara muslim lain. selain agenda yang sudah biasa seperti tadarrus, tarawih, ada lagi kegiatan lain seperti tabuh gendang saat sahur, bedug permulaan waktu maghrib, pawai obor menyambut kemeriahan bulan ramadhan, ngabuburit.
Semarak yang membuat masyarakat membuat sebuah inisiatif kegiatan keislaman, selaras dengan keadaan budaya. Nilai-nilai positif yang perlu dipertahankan selama tidak melanggar nilai islam.
Artikel oleh Abdul Wesi ibrahim (Ketua PMII Komisariat Untan Pontianak)


×
Berita Terbaru Update