Suatu hari seorang warga tionghoa beragama non muslim sowan ke kediaman Gus Mus, memberi kabar kalo orang tuanya telah meninggal,
- si-tionghoa : Pak Kiyai Ayah kami sore ini telah meninggal, dan kami sekeluarga telah sepakat untuk meminta tolong kepada pak Kiyai untuk mensholati jenazah ayah kami.
- Gus Mus : (tanpa pikir panjang langsung menjawab) ooo... Yooh menko tak mrono...!. Lantas Gus Mus memanggil santri santrinya dan segera mendatangi rumah duka. Sampai di sana Gus Mus langsung mendekati jenazah.
- Gus Mus : Ayo segera kita sholat...!!!
- Santri : Sholat apa Pak Kiyai...???? Bukankah mensholati Orang non muslim itu Haram Pak Kiyai...???
- Gus Mus : Sholat ngasar to yooo...!!!
- Santri : He he... Lha itu Mayite bgm...???
- Gus Mus : Hallah.... Junjung pindahno ning mburi kono kan berresss...!!!
- Santri : Ooo Njih Kiyai.... Selesai Sholat si-tionghoa bertanya kepada Gus Mus,
- si-tionghoa : Pak Kiyai... Biasanya orang mensholati jenazah itu jenazahnya ditaruh di depan.... Lha ini kok ditaruh dibelakang...?
- Gus Mus : Yang ditaruh di depan itu yang sudah ngerti jalan... Lha karena ayahmu ini belum apal jalane maka tak taruh belakang ...
- si-tionghoa : Oo gitu tooo... nggeh... nggeh kiyai. Maturnuwun.
Kisah ini tadi diceritakan oleh KH Shorofuddin santrinya Gus Mus.